BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen/pengelolaan proyek
(selanjutnya ditulis manajemen proyek saja) adalah suatu
disiplin ilmu pada era tahun 1950-an, Amerika bangsa yang pertama kali
menggunakan ilmu manajemen proyek. Henry
Gantt dapat dikatakan bapak dari ilmu manajemen proyek, dan namanya pun
menjadi metode yang digunakan, bernama “Gantt Chart”. Perlu diingat bahwa
mempelajari Manajemen Proyek itu tidak terlalu sulit, karena didalamnya
terdapat hal-hal yang terbiasa dilakukan oleh manusia, hanya ditambahkan
sedikit logika dan aturan yang khusus. Sedangkan Proyek itu usaha yang harus
dilakukan dari awal hingga akhir pada suatu kejadian, yang mempunyai batasan
waktu – anggaran – sumber daya yang dibutuhi oleh pelanggan. Meski pada akhir
tujuan dari adanya proyek adalah untuk memuaskan pelanggan.
Maksudnya begini,
ketika ada suatu perusahaan besar maupun kecil me-manajemen proyek, yang
terpenting adalah waktu yang tepat dalam membuat dan memustuskan
prediksi, serta penggunaansumber daya dan laporan dalam
penyampaian produk atas hasil dari proyek yang dijalankan.
Lalu bagaimana kita
mengetahui bahwa itu adalah “proyek”? Diperlukan
beberapa ciri-ciri/karakteristik dari proyek, yaitu: ada
sasaran/tujuan, memiliki rentang waktu/deadline,
waktu biaya dan syarat kerja yang lengkap, berurutan dari a hingga z, terkadang
merupakan sesuatu event/kejadian yang sebelumnya belum pernah dilakukan.
1.1. Latar
Belakang
Sebagai mahasiswa
sistem informasi kita dituntut untuk memahami bagaimana manajemen proyek sistem
informasi itu agar ilmu ini bisa di implementasikan dalam kehidupan
nyata.
Untuk mengetahui secara
lebih jelas tentang manajemen proyek sistem informasi maka selanjutnya akan
dibahas lebih mendetail mulai dari pengertian hingga metodologi umum
pelaksanaan proyek sistem informasi.
1.2. Rumusan
Masalah
a. Pengertian
manajemen, proyek dan manajemen proyek.
b. Kebijakan
dan Perencanaan Proyek Sistem Informasi.
c. Metodologi
Umum Pelaksanaan Proyek Sistem Informasi ( Metode Generik).
1.3. Tujuan
dan Manfaat
a. Untuk
mengetahui dan memahami pengertian-pengertian manajemen, proyek dan manajemen proyek
b. Mengetahui
kebijakan dan perencanaan proyek sistem informasi.
c. Mengetahui Metodologi
Umum Pelaksanaan Proyek Sistem Informasi (Metode Generik).
\
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Manajemen, Proyek dan Manajemen
Proyek
2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan
sebuah proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi
yang dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan dan
mengendalikan aktifitas-aktifitas, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang
telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya
waktu. Agar proses
manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur organisasi yang
solid. Pada organisasi tersebut, seluruh aktifitasnya haruslah berorientasi
pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai wadah untuk
menuangkan konsep, ide-ide manajemen. Jadi dapat dikatakan bahwa manajemen
merupakan suatu rangkaian tanggung jawab yang berhubungan erat satu sama
lainnya.
Skill apa sih yang harus
di butuhkan bagi seorang Manajer Proyek?
Skill yang dibutuhkan
ada 4 titik, yaitu kepada Owner, User, Lingkungan, dan Team. Maksudnya, ketika
seorang manajer proyek berurusan dengan owner (komisaris perusahaan) dapat
memberikan informasi berupa biaya/budget dari segi finansial, seta resiko
kedepan yang akan dihadapi. Ketika berbicara dengan user, dapat mengajak untuk
menggunakan hasil dari proyek, baik melobi dan bujuk rayu. Lalu ketika
berbicara dengan team tentunya harus memiliki keahlian tehnis, dapat
mengarahkan, dan tentunya manajerial skill harus dimiliki. Terakhir ketika
berbicara dengan lingkungan dalam hal ini pemerintah/masyarakat sekitar, dapat
meminta persetujuan/izin akan adanya pengadaan proyek tersebut.
Manajer proyek adalah
seseorang yang memiliki tanggung jawab terbesar atas pelaksanaan proyek.
Pekerjaan utama dari manajer proyek adalah mengarahkan, mengawasi dan
mengendalikan proyek dari awal sampai selesai. Hal-hal yang perlu dilakukan seorang manajer
proyek adalah :
Manajer proyek harus
mendefinisikan proyek, merinci proyek menjadi serangkaian tugas(tasks) yang
mudah dikelola, memperoleh sumberdaya yang dibutuhkan, dan membentuk tim kerja
untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.
Manajer proyek harus
menetapkan tujuan akhir dari proyek dan memotivasi anggota tim kerja untuk
menyelesaikan proyek tepat waktu.
Manajer proyek harus
menginformasikan kepada stakeholder tentang perkembangan pelaksanaan proyek
secara periodik.
Manajer proyek harus
mengenali resiko yang mungkin terjadi dan meminimalkan dampak terhadap
penyelesaian proyek.
Manajer proyek harus
beradaptasi terhadap perubahan-perubahan, karena tidak ada proyek yang 100%
berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Berkaitan dengan
tugas-tugas seorang manajer, maka area kemampuan yang perlu dimiliki oleh
seorang manajer adalah: kepemimpinan, manajemen orang (konsumen, suplier,
manajer dan kolega), komunikasi , negosiasi, perencanaan, manajemen kontrak, pemecahan
masalah dan berpikir kreatif. Banyak kesalahan terjadi dalam mengelola sebuah
proyek yang menyebabkan sering menjadi hambatan. Hambatan-hambatan yang
mungkin terjadi adalah:
Komunikasi yang
tidak baik (Poor communication)
Persetujuan yang tidak
jelas (Disagreement)
Kesalahpahaman
(Misunderstandings).
Suasana yang tidak
mendukung (Bad weather)
Pemogokan kerja (Union
strikes)
Konflik pribadi
(Personality conflicts)
Manajemen yang tidak
baik (Poor management)
Definisi sasaran dan
tujuan tidak jelas (Poorly defined goals and objectives)
Manajer proyek yang
baik tidak menghindari semua resiko, tetapi menyiapkan proses dan prosedur
standar untuk berusaha mencegah resiko yang mungkin terjadi seperti:
Keterlambatan
penyelesaian proyek, pembengkakkan anggaran atau keingingan konsumen tidak
terpenuhi.
Tidak konsisten antara
proses dan prosedur yang digunakan manajer proyek.
Proyek tidak bermanfaat
dan membuang-buang waktu dan biaya.
Tidak sinerginya faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi proyek.
2.1.2 Pengertian Proyek
Proyek merupakan suatu
tugas yang perlu dirumuskan untuk mencapai sasaran yang dinyatakan secara
kongkrit serta harus diselesaikan dalam suatu periode tertentu dengan
menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang terbatas dan begitu kompleks
sehingga dibutuhkan pengelolaan dan kerjasama yang berbeda dari yang biasanya
digunakan.
Menurut DI
Cleland dan Wr. King (1987), proyek merupakan gabungan dari
berbagai sumber daya yang dihimpun dalam organisasi sementara untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Selain itu proyek juga:
Bertujuan menghasilkan
produk atau kerja akhir tertentu. Dalam proses mewujudkan produk tersebut di
atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria mutu. Bersifat sementara,
dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan titik akhir
ditentukan dengan jelas. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas
kegiatan berubah sepanjang berlangsungnya proyek.
Timbulnya suatu proyek
antara lain dilatar belakangi oleh:
a) Rencana
pemerintah. Misalnya proyek pembangunan jalan.
b) Permintaan
pasar. Misalnya terjadi kenaikan permintaan suatu produk dalam jumlah
besar, maka perlu dibangun sarana produksi baru.
c) Dari
dalam perusahaan yang bersangkutan. Misalnya suatu perusahaan akan
memperbarui (modernisasi) perangkat, sistem kerja, atau sistem informasi yang
lama agar lebih mampu bersaing.
d) Dari
kegiatan penelitian dan pengembangan. Dari kegiatan penelitian dan
pengembangan diperkirakan dapat dihasilkan produk baru yang banyak manfaat dan
peminatnya, sehingga dibangun fasilitas produksinya.
Macam-Macam Proyek:
Menurut R.D Achibalt
(1976), macam-macam proyek adalah sebagai berikut:
a. Proyek
Kapital (Modal). Meliputi: pembebasan tanah, pembelian material dan peralatan,
desain mesin, dan kostruksi guna pembangunan instalasi pabrik baru.
b. Proyek
pengembangan produk baru adalah kegiatan untuk menciptakan produk baru yang
biasanya merupakan gabungan antara proyek kapital dan proyek riset dan
pengembangan. Contoh : penemuan alat elektronik karaoke.
c. Proyek
penelitian dan pengembangan berupa kegiatan untuk melakukan penelitian dengan
sasaran yang ditentukan.
d. Proyek
sistem informasi adalah kegiatan yang sifatnya spesifik dengan mempergunakan
alat-alat pemrosesan data (data processing personal dan alat-alat lainnya).
e. Proyek
yang berkaitan dengan manajemen: perusahaan merancang reorganisasi, perusahaan
merancang program efisiensi, dan penghematan merancang diversifikasi.
2.1.3 Manajemen Proyek
Manajemen proyek
merupakan suatu usaha merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,
mengkoordinasi, dan mengawasi kegiatan dalam proyek sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan jadwal waktu dan anggaran yang telah ditetapkan. Suatu pekerjaan rutin biasanya berlangsung secara
kontinu, berulang-ulang dan berorientasi ke proses. Sebagai suatu proses yang
terus menerus, pekerjaan yang rutin tidak dianggap suatu proyek.
Atau,
Manajemen
proyek adalah suatu cara mengelola, mengarahkan, dan mengkoordinasikan
sumber daya (manusia/material)disaat mulainya sebuah proyek hingga akhir untuk
mencapai suatu tujuan, yang dibatasi oleh biaya, waktu, dan kualitas untuk mencapai
kepuasan.
Pengelola dalam sebuah
proyek disebut sebagai Manajer Proyek.Manajer proyek bertanggung jawab untuk
mengatur dan mengawasi semua kegiatan pelaksanaan proyek, agar sesuai dengan
standar kualitas, biaya dan waktu. Dan tentunya selalu bertanggung jawab untuk
selalu berkomunikasi dengan tim, atasan (owner),
dan pelanggan (user). Maksudnya manajer harus mampu memberikan contoh
tehnik, mampu mengambil keputusan yang tepat, dan pemimpin yang dapat
memberikan informasi berupa laporan kepada atasan.
Manfaat manajemen
proyek:
a) Mengidentifikasi
fungsi tanggung jawab
b) Meminimalkan
tuntutan pelaporan rutin
c) Mengidentifikasi
batas waktu untuk penjadwalan
d) Mengidentifikasi
metode analisa peramalan
e) Mengukur
prestasi terhadap rencana
f) Mengidentifikasi
masalah dini & tindakan perbaikan
g) Meningkatkan
kemampuan estimasi untuk rencana
h) Mengetahui
jika sasaran tidak dapat dicapai/terlampaui
Contoh manajemen proyek
diantaranya adalah: membangun sebuah stadion sepak bola, megelola penelitian
berskala besar, melaksanakan pembedahan transplantasi organ tubuh, memasang
lintas produksi, atau berjuang mendapatkan ijazah strata satu di suatu
perguruan tinggi.
Konsep Manajemen Proyek:
Manajemen proyek sistem
informasi ditekankan pada tiga faktor, yaitu : manusia, masalah dan proses.
Dalam pekerjaan sistem informasi faktor manusia sangat berperan penting dalam
suksesnya manajemen proyek. Pentingnya faktor manusia dinyatakan dalam model
kematangan kemampuan manajement manusia (a people management capability
maturity model/ PM-CMM) yang berfungsi untuk meningkatkan kesiapan organisasi
perangkat lunak (sistem informasi) dalam menyelesaikan masalah dengan melakukan
kegiatan menerima, memilih, kinerja manajemen, pelatihan, kompensasi,
pengembangan karier, organisasi dan rancangan kerja serta pengembangan tim.
Dasar-Dasar
Organisasional :
Organisasi adalah
sistem yang saling mempengaruhi dan saling bekerja sama antara orang yang satu
dengan orang yang lain dalam suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang telah disepakati bersama. Organisasi merupakan sistem maka
terdiri dari beberapa elemen yaitu:
a) orang,
dalam organisasi harus ada sekelompok orang yang bekerja dan salah satunya ada
yang memimpin organisasi tersebut.
b) tujuan,
dalam organisasi harus ada tujuan yang harus dicapai, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
c) posisi,
setiap orang yang ada dalam suatu organisasi akan menempati posisi atau
kedudukannya masing-masing.
d) pekerjaan,
setiap orang yang ada dalam organisasi tersebut mempunyai pekerjaan (job)
masing-masing sesuai dengan posisinya.
e) teknologi,
untuk mencapai tujuan organisasi membutuhkan teknologi untuk membantu dalam
pengolahan data menjadi suatu informasi.
f) struktur,
struktur organisasi merupakan pola yang mengatur pelaksanaan pekerjaan dan
hubungan kerja sama antar setiap orang yang ada dalam organisasi tersebut.
g) lingkungan
luar, merupakan elemen yang sangat penting dan akan mempengaruhi keberhasilan
suatu organisasi, misalnya adanya kebijakan pemerintah tentang organisasi.
Prinsip-prinsip
organisasi adalah nilai-nilai yang digunakan sebagai landasan kerja bagi setiap
orang yang ada dalam organisasi tersebut untuk mencapai keberhasilan tujuan
yang telah disepakati. Prinsip-prinsip yang ada dalam organisasi meliputi :
a) Tujuan
organisasi yang jelas
b) Tugas
yang dilakukan harus jelas
c) Pembagian
tugas yang adil
d) Penempatan
posisi yang tepat
e) Adanya
koordinasi dan integrasi
2.2. Kebijakan dan Perencanaan Proyek Sistem
Informasi
Sistem Informasi
memiliki pengertian suatu sistem yang memiliki fungsi menghasilkan
informasi-informasi yang dibutuhkan pihak user. Komponen yang termasuk sistem
informasi meliputi infrastruktur hardware, Software dan ketersediaan sumber
daya manusia bidang teknologi informasi. Proyek sistem informasi mencakup
sebagian atau keseluruhan dari rangkaian aktivitas rekayasa pembangunan sistem
informasi.
Contoh-contoh proyek
sistem informasi:
a) Proyek
sistem informasi untuk mendukung pelaksanaan pemilu.
b) Proyek
pembangunan infrastruktur E-Government di Jawa Tengah.
c) Proyek
pengembangan sistem CRM (Customer Relationship Management) pada di PT Garuda.
d) Proyek
pembangunan sistem E-business pada PT. Global Jaya.
e) Proyek
penjualan elektronik (E-Commerce).
Beberapa perbedaan
karakteristik proyek sistem informasi dibandingkan dengan proyek bidang lain
adalah sebagai berikut :
a) Memiliki
tujuan untuk menghasilkan produk yang bersifat intangible (tidak dapat
diraba/perkirakan, tidak dapat dinyatakan secara jelas) seperti perangkat lunak,
database, jaringan yang sulit untuk mengukur nilai manfaat dari produk
tersebut.
b) Melibatkan
teknologi yang sangat cepat usang, karena perkembangan yang sangat cepat.
c) Membutuhkan
beragam sumber daya manusia dengan keahlian dan kompetensi yang beragam.
d) Ukuran
yang dijadikan standar sulit dibakukan, karena sulit mengukur kualitas yang
dimengerti berbagai pihak secara seragam.
Suatu sistem informasi
dapat dikembangkan karena adanya kebijakan dan perencanaan telebih dahulu.
Tanpa adanya perencanaan sistem yang baik, pengembangan sistem tidak akan dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa adanya kebijakan pengembangan
sistem oleh manajemen puncak, maka pengembangan sistem tidak akan mendapat
dukungan dari manajemen puncak tersebut.
Kebijakan Sistem
Kebijakan untuk
mengembangkan sistem informasi dilakukan oleh manajemen puncak karena manajemen
menginginkan untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada yang tidak dapat
diraih oleh sistem yang lama atau sistem lama mempunyai kelemahan (masalah)
perencanaan sistem menyangkut estimasi (penafsiran, perkiraan, pendapat atau
penilaian) sumberdaya (kebutuhan-kebutuhan fisik dan tenaga kerja) dan biaya.
Perencanaan sistem terdiri dari : perencanaan jangka pendek (periode 1–2 tahun)
dan jangka panjang (periode sampai 5 tahun).
Perencanaan sistem
biasanya ditangani oleh staf perencanaan sistem, departemen pengembangan sistem
atau depertemen pengolahan data.
Proses Perencanaan
Sistem
Proses perencanaan
sistem dapat dikelompokkan dalam tiga proses utama, yaitu :
1. Merencanakan
proyek-proyek sistem
Tahapan proses
perencanaan sistem yaitu :
a) Mengkaji
tujuan, perencanaan strategi dan taktik perusahaan.
b) Mengidentifikasi
proyek-proyek sistem.
c) Menetapkan
sasaran proyek-proyek sistem.
d) Menetapkan
kendala proyek-proyek sistem (mis. Batasan biaya, waktu, umur ekonomis,
peraturan yang berlaku).
e) Menetukan
prioritas proyek-proyek sistem.
f) Membuat
laporan perencanaan sistem.
g) Meminta
persetujuan manajemen.
2. Mempersiapkan
proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan
Persiapan ini meliputi
:
a) Menunjuk
team analis (dapat berasal dari departemen pengembangan yang ada atau dari luar
perusahaan (konsultan).
b) Mengumumkan
proyek pengembangan sistem.
3. Mendefinisikan
proyek-proyek sistem yang dikembangkan
Melakukan studi untuk
mencari alternatif pemecahan terbaik yang paling layak untuk dikembangkan.
Tahapan yang dilakukan
yaitu :
a) Mengidentifikasi
kembali ruang lingkup dan sasaran proyek system.
b) Melakukan
studi kelayakan.
c) Menilai
kelayakan proyek system.
d) Membuat
usulan proyek system.
e) Meminta
persetujuan manajemen.
Perkiraan Proyek Sistem
Informasi
Sekarang biaya
merupakan elemen yang paling penting dan mahal dalam pengembangan sistem
berbasis komputer. Perkiraan biaya yang salah atau kurang tepat dapat
mengurangi keuntungan atau malah kerugian. Perkiraan biaya sistem informasi dan
usaha tidak dapat dihitung dengan tepat, karena banyak variabel (manusia,
teknikal, lingkungan) yang mempengaruhinya. Untuk mencapai perkiraan biaya dan
usah yang dapat diandalkan, digunakan pilihan sebagai berikut :
Memperkirakan waktu
yang paling lama dari pengerjaan proyek.
Perkiraan berdasarkan
pada proyek yang sama.
Menggunakan teknik
dekomposis.
Menggunakan satu atau
lebih model empiris.
Memperkirakan waktu
untuk menyelesaikan setiap kegiatan merupakan bagian yang paling sulit, untuk
itu butuh pengalaman dalam memperkirakan waktu yang diperlukan. Penjadwalan
tugas-tugas (kegiatan) dapat menggunakan :
1. Grafik Gantt
Merupakan suatu grafik
dimana ditampilkan kotak-kotak yang mewakili setiap tugas (kegiatan) dan
panjang masing-masing setiap kotak menunjukkan panjang relatif tugas-tugas yang
dikerjakan.
2. Diagram PERT
(Program Evaluation and Review Techniques)
Suatu program (proyek)
diwakili dengan jaringan simpul dan tanda panah yang kemudian dievaluasi untuk
menentukan kegiatan-kegiatan terpenting, meningkatkan jadwal yang diperlukan
dan merevisi kemajuan-kemajuan saat proyek telah dijalankan.
Diagram PERT lebih baik
dari Gantt, karena :
a. Mudah
mengidentifikasi tingkat prioritas.
b. Mudah
mengidentifikasi jalur kritis dan kegiatan-kegiatan kritis.
c. Mudah
menentukan waktu kendur.
d. Penjadwalan
proyek berbasis komputer.
Menggunakan PC untuk
membuat jadwal proyek lebih praktis dan menguntungkan. Contoh program
penjadwalan yaitu Ms Project, Symantec’s Timeline dan Computer Associates’
CA-Super Project. Proses pengembangan sistem informasi dikembangkan oleh pelaku-pelaku
yang dapat dikatagorikan dalam 5 kelompok :
a) Manajer
senior, yang bertugas mendefinisikan permasalahan-permasalahan bisnis dan
sangat berpengaruh pada proyek tersebut.
b) Manajer
proyek (teknik), yang merencanakan, memotivasi, mengorganisasi dan mengontrol
orang-orang yang bekerja dalam proyek tersebut (praktisi).
c) Praktisi,
adalah orang yang mempunyai kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk mendapatkan
produk sistem informasi (program aplikasi).
d) Pelanggan,
adalah orang yang membutuhkan sistem informasi (PL) tersebut.
e) Pengguna
akhir, orang yang berinteraksi dengan sistem informasi (PL) yang dikaitkan
dengan penggunaan produk.
Sedangkan contoh
Manajemen Proyek antara lain:
Proyek pembuatan Robot
Proyek Pembuatan Website
Proyek Pembuatan
Software
Proyek Pembuatan
Aplikasi
Dsb.
2.3. Metodologi
Umum Pleaksanaan Proyek Sistem Informasi (Metodologi Generik)
Pengembangan sebuah
sistem informasi dalam sebuah perusahaan dilakukan dengan pendekatan manajemen
proyek (project management). Lepas dari berbagai variasi proyek-proyek
teknologi informasi yang ada – seperti pembuatan aplikasi, penerapan perangkat
lunak, konstruksi infrastruktur jaringan, dan lain sebagainya – metodologi yang
dipergunakan secara umum adalah sama. Setidak-tidaknya ada enam buah tahapan
yang harus dilalui: perencanaan, analisa, desain, konstruksi, implementasi, dan
pasca implementasi. Masing-masing konsultan atau para praktisi teknologi
informasi biasanya memiliki variasinya masing-masing yang secara prinsip tidak
lepas dari keenam langkah metodologi di atas.
Secara umum,
proyek-proyek sistem informasi dalam perusahaan atau organisasi dapat
dikategorikan dalam 3 kelompok besar.
a) Proyek
yang bersifat pembangunan jaringan infrastruktur teknologi informasi,
menyangkut hal-hal mulai dari pengadaan dan instalasi computer sampai dengan
perencanaan dan pengembangan infrastruktur jaringan LAN (Local Area Network)
dan WAN (Wide Area Network).
b) Implementasi
dari paket program aplikasi yang dibeli di pasaran dan diterapkan di
perusahaan, mulai dari software kecil seperti
produk-produk retail Microsoft sampai dengan aplikasi
terintegrasi berbasis ERP, seperti SAP dan BAAN.
c) Perencanaan
dan pengembangan aplikasi yang dibuat sendiri secara khusus (customized
software), baik oleh internal perusahaan maupun kerja sama dengan pihak
luar seperti konsultan dan software house.
Lepas dari perbedaan
tersebut, secara garis besar ada 6 tahap yang bisa dijadikan sebagai batu
pijakan atau metodologi dalam melaksanakan aktivitas pengembangan tersebut.
2.3.1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan
merupakan suatu rangkaian kegiatan semenjak ide pertama yang melatarbelakangi
pelaksanaan proyek ini didapat, pendefinisian awal terhadap kebutuhan detail
atau target yang harus dicapai dari proyek tersebut, penyusunan proposal,
penentuan metodologi dan sistem manajemen proyek yang digunakan, sampai dengan
penunjukan tim dan instruksi untuk mengeksekusi (memulai) proyek yang
bersangkutan. Biasanya ada dua pihak yang terlibat langsung dalam proyek
perencanaan ini yaitu :
a) Pihak
yang membutuhkan (demand side) eksistensi dari suatu sistem informasi,
dalam hal ini adalah perusahaan, lembaga, institusi atau organisasi yang
bersangkutan.
b) Pihak
yang berusaha menjawab kebutuhan tersebut (supply side) dalam bentuk
pengembangan teknologi informasi. Kelompok ini biasanya merupakan gabungan dari
para personel yang terkait dengan latar belakang ilmu dan pengetahuan yang
beragam (multidisiplin), seperti ahli perangkat lunak, analisis bisnis dan
manajemen, spesialis perangkat keras, programmer, sistem analis,
praktisi hukum, manajer proyek dan beberapa karakteristik SDM lain yang
terkait.
Dilihat dari segi
manajemen proyek sistem informasi, output yang harus dihasilkan tahap perencanaan
adalah berupa jadwal detail dari kelima tahapan berikutnya menyangkut masalah
waktu, target yang dapat disampaikan (deliverable), personel yang
bertanggung jawab, aspek-aspek keuangan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pendayagunaan sumber daya yang dipergunakan dalam proyek. Sebagai tambahan,
standar-standar dan prosedur yang akan dipergunakan dalam melakukan pengelolaan
proyek pun harus jelas dan disepakati bersama oleh seluruh anggota personel.
2.3.2 Tahap Analisis
Secara prinsip ada 2 aspek
yang jadi fokus analisis, yaitu :
1.
Aspek bisnis atau manajemen
Analisis aspek bisnis
dimulai dengan mempelajari karakteristik perusahaan yang bersangkutan, mulai
dari aspek-aspek historis, struktur kepemilikan, visi, misi, kunci keberhasilan
usaha (critical success factors), ukuran kinerja (performance
measurements), strategi, program-program dan hal terkait lainnya.
Tujuan dilakukannya
langkah ini :
a) Mengetahui
posisi atau peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan relevan di perusahaan
(mengingat setiap perusahaan memiliki pandangan tersendiri dan unik terhadap
sumber daya teknologi yang dimiliki, yang membedakannya dengan perusahaan
lain).
b) Mempelajari
fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan berpengaruh
(memiliki damppak tertentu) terhadap proses desain, konstruksi dan
implementasi.
2.
Aspek teknologi
Analisis aspek
teknologi meliputi kegiatan-kegiatan yang bersifat menginventarisir aset
teknologi informasi yang dimiliki perusahaan pada saat proyek dimulai dengan
berbagai tujuan, antara lain :
a) Mempelajari
infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki perusahaan dan tingkat
efektivitas penggunaannya selama kurun waktu tersebut.
b) Menganalisis
kemungkinan-kemungkinan diperlukannya penambahan sistem di kemudian hari (system
upgrading) sehubungan akan diimplementasikannya teknologi baru.
Keluaran dari proses
analisis di kedua aspek ini adalah isu-isu (permasalahan) penting yang harus
segera ditangani, dianalisis penyebabnya, dampaknya bagi bisnis perusahaan,
beberapa kemungkinan scenario pemecahan dengan segala resiko cost/benefit (laba/rugi)
dantrade-off (tukar tambah), serta pilihan solusi yang
direkomendasikan. Sebelum memasuki fase desain, seluruh tim harus paham tentang
isu-isu ini dan memiliki komitmen untuk melanjutkan proyek yang ada ke tahap
berikutnya sesuai dengan skala prioritas yang telah ditentukan (setelah memilih
scenario yang disetujui bersama).
2.3.3. Tahap Desain
Pada tahap desain, tim
teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis atau manajemen melakukan
perancangan komponen-komponen sistem terkait. Tim teknologi informasi akan
melakukan perancangan teknis dari teknologi informasi yang akan dibangun,
seperti sistem basis data, jaringan computer, metode interfacing,
teknik konversi data, metode migrasi sitem dan sebagainya.
Model-model umum
seperti Flowchart, ER Diagram, DFD dan lain sebagainya dipergunakan sebagai
notasi umum dalam perancangan sistem secara teknis. Sementara itu secara
paralel dan bersama-sama tim bisnis atau manajemen akan melakukan perancangan
terhadap komponen-komponen organisasi yang terkait seperti prosedur (SOP =
Standar Operation Procedures), struktur organisasi, kebijakan-kebijakan,
teknik pelatihan, pendekatan SDM dan sebagainya. Tim ini pun biasanya akan
mempergunakan model-model umum seperti Porter’s Value Chain, Bussiness
Process Mapping, Strategic Distinction Model, BCG Matrix, dan
lain-lain. Jelas bahwa hasil tahap ini, yang berupa cetak biru rancangan
sistem, secara teknis dan secara manajemen akan dijadikan pegangan dalam proses
konstruksi dan implementasi komponen-komponen pada sistem informasi yang akan
dikembangkan.
2.3.4.Tahap Konstruksi
Berdasarkan desain yang
telah dibuat, konstruksi atau pengembangan sistem yang sesungguhnya (secara
fisik) dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung pelaksana tahap ini,
mengingat semua hal yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu
konstruksi teknologi informasi dalam skala detail.
Dari semua tahapan yang
ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling banyak melibatkan sumber daya
terbesar, terutama dalam hal SDM, biaya, waktu. Control terhadap manajemen
proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar tidak terjadi
ketidakefisienan maupun ketidakefektifan dalam penggunaan beragam sumber daya
yang ada (yang secara tidak langsung akan berdampak langsung terhadap
keberhailan proyek sistem informasi yang diselesaikan secara tepat waktu).
Akhir dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba sistem.
Perbaikan-perbaikan bersifat minor biasanya harus dilakukan setelah adanya
masukan-masukan yang timbul setelah diadakannya evaluasi.
2.3.5. Tahap Implementasi
Tahap Implementasi
merupakan tahap yang paling kritis karena untuk pertama kalinya sistem
informasi akan dipergunakan di dalam perusahaan. Biasanya, pendekatan yang
dipergunakan oleh perusahaan adalah pendekatan cut off dan
paralel.
a) Pendekatan cut
off atau big-bang adalah suatu strategi implementasi
yang memilih sebuah hari sebagai patokan dan terhitung mulai hari tersebut,
sistem baru mulai dipergunakan dan sistem lama ditinggalkan sama sekali.
b) Pendekatan
paralel dilakukan dengan cara melakukan pengenalan sistem baru sementara sistem
lama belum ditinggalkan, sehingga dua buah sistem berjalan secara paralel
(kedua sistem tersebut biasa disebut testing environment dan production
environment).
Pemilihan terhadap
kedua strategi tersebut tergantung pada perusahaan masing-masing, karena
masing-masing strategi implementasi memiliki keuntungan dan kerugian yang
berbeda. Lepas dari strategi yang dipilih, pemberian pelatihan (training)
harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat sebelum tahap implementasi
dimulai. Selain untuk mengurangi resiko kegagalan, pemberian pelatihan juga
berguna untuk menanamkan rasa memiliki (sense of ownership) terhadap
sistem baru yang diterapkan, sehingga seluruh jajaran pengguna atau SDM akan
dengan mudah menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di
masa-masa mendatang. Evaluasi secara berkala perlu dilakukan untuk menilai
kinerja sistem baru yang diterapkan dan untuk mengetahui isu-isu permasalahan
yang timbul. Tentu saja pemecahan masalah dalam tahap implementasi harus segera
dicari agar penggunaan sistem tersebut efektif.
Proyek sistem informasi
biasanya ditutup setelah tahap implementasi dilakukan. Namun ada satu tahapan
lagi yang harus dijaga manajemennya, yaitu tahap pascaimplementasi.
2.3.6. Tahap Pasca-implementasi
Dari segi teknis, yang
dimaksud dengan aktivitas-aktivitas pasca implementasi adalah bagaimana
manajemen pemeliharaan sistem akan dikelola (maintenance, supports and services
management). Seperti halnya sumber daya yang lain, sistem informasi akan
mengalami perkembangan dikemudian hari. Hal-hal seperti modifikasi sistem,
interfacing ke sistem lain, perubahan hak akses sistem, penanganan terhadap
fasilitas pada sistem yang rusak, merupakan beberapa contoh dari kasus-kasus
yang biasa timbul dalam pemeliharaan sistem. Di sinilah perlunya dokumentasi
yang baik dan transfer of knowledge dari pihak pembuat sistem ke SDM perusahaan
untuk menjamin terkelolanya proses-proses pemeliharaan sistem. Tidak jarang
terjadi peristiwa dimana perusahaan atau personel pembuat sistem sudah
tidakdiketahui lagi lokasinya setelah bertahun-tahun (mungkin perusahaannya
tutup, atau yang menangani sistem sudah pindah ke tempat kerja lain). Bisa
dibayangkan bagaimana perusahaan pemakai sistem terpaksa membuang sistemnya
(membuat sistem baru lagi) atau melakukan tambal sulam (yang secara teknis
sangat berbahaya karena tingkat integritas data yang buruk) akibat tidak adanya
dokumentasi teknis yang baik atau infrastruktur manajemen pemeliharaan yang
efektif.
Dari segi manajemen,
tahap pascaimplementasi adalah berupa suatu aktivitas, harus ada personel atau
divisi dalam perusahaan yang dapat melakukan perubahan atau modifikasi terhadap
sistem informasi sejalan dengan perubahan kebutuhan bisnis yang teramat
dinamis. Dengan kata lain, dalam era kompetisi sekarang, perusahaan harus mampu
berubah dengan sangat cepat. Sistem informasi atau teknologi informasi yang
secara teknis tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan bisnis
perusahaan sudah selayaknya tidak mendapatkan tempat yang baik. Apakah
teknologi informasi di perusahaan-perusahaan dapat dengan mudah mengikuti
perubahan kebutuhan bisnis secara cepat? Jika belum, sudah waktunya bagi
pemimpin perusahaan untuk berbicara dengan departemen atau divisi yang
bertanggung jawab terhadap teknologi informasi perusahaan Anda. Dan
kenyataannya, sudah ada teknologi yang dapat menjawab kebutuhan ini, dan itu
sudah terbukti efektif. Tidak ada tempat bagi perusahaan modern pada tahun 2000
yang masih menggunakan pendekatan sistem informasi dan teknologi informasi
secara konservatif (bagi sebagian perusahaan besar di Indonesia pendekatan
tersebut masih dianggap sebagai pendekatan termodern).
Studi kasus Proyek Pembuatan Software
Proses pembuatan
software tidak cukup hanya dikerjakan dalam waktu beberapa hari saja. Ada
beberapa tahapan yang harus dilalui dalam proses pembuatan software. Setiap
tahapan bisa memerlukan waktu cukup lama, bisa satu bulan, dua bulan, atau
bahkan satu tahun. Tahapan-tahapan itu yaitu : requirement (perencanaan dan
analisa), design (pembuatan), dan testing (pengujian dan pemeliharaan). Setiap
tahapan yang dilalui terdapat beberapa permasalahan-permasalahan yang timbul.
Pada permasalahan ini
akan dibahas beberapa permasalahan yang timbul dengan studi kasus
pembuatan software Sistem Informasi Akademik dan juga akan dibahas
solusi yang dapat diambil untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut.
Pembahasan permasalahan ini dibagi dalam setiap tahapan pembuatan software.
a) Tahap
Requirement
Pada tahap ini,
kegiatan yamg paling banyak dilakukan adalah dengan melakukan interaksi dengan
user. Permasalahan dalam proses pembuatan software yang dapat timbul pada tahap
ini adalah :
1. Permasalahan
spesifikasi kebutuhan
Kebutuhan akan fitur
dan report yang diinginkan sering kali tidak sesuai dengan sistem yang ada.
Misalnya pada sistem Informasi Akademik, user menginginkan report pembayaran
SPP, sedangkan sistem ini hanya mengenai masalah akademik perkuliahan.
2. Ketidak
sepahaman sistem antara developer dan user
Seringkali antara
developer dan user dikarenakan perbedaan pemahaman, terjadi ketidak sepahaman
mengenai alur Sistem Informasi Akademik, misalnya alur mulai dari mahasiswa
bayar SPP, daftar ulang, pengisian FRS, proses perkuliahan sampai nilai akhir
UAS keluar.
3. Metode
analisa sistem
Metode analisa sistem
yang digunakan oleh developer tidak sesuai dengan kondisi/ behaviour user.
b) Tahap Design
Pada tahap ini,
merupakan tahap yang dilakukan oleh developer. Permasalahan dalam proses
pembuatan software yang dapat timbul pada tahap ini adalah :
1. Metode
pembuatan software
Metode dan tools yang
digunakan hasilnya tidak optimal, sesuai dengan keinginan user.
2. Organisasi
pembuatan software
Tidak adanya koordinasi
pada saat proses pembuatan software, sehingga terjadi modul-modul yang tidak
dapat digabungkan. Misalnya tidak sesuainya nama tabel, field, atau tipe data
yang digunakan.
c) Tahap Testing
Pada tahap ini,
merupakan tahap pengujian software yang dilakukan antara developer dan user,
dan diakhiri dengan pemeliharaan software. Permasalahan dalam proses pembuatan
software yang dapat timbul pada tahap ini adalah :
1. Perubahan
regulasi sistem
Adanya perubahan
regulasi sistem, misalnya perubahan evaluasi penilaian dari 5 tingkat penilaian
(A, B, C, D, E) menjadi 7 tingkat penilaian (A, AB, B, BC, C, D, E). Hal ini
menyebabkan perubahan tabel dan fieldnya.
2. Ketidaksesuaian
keinginan user dengan software yang telah dibuat
Pengujian software yang
dilakukan antara user dan developer tidak memenuhi keinginan user.
3. Tidak
adanya Risk Management
Hal ini menyebabkan
tidak ada langkah-langkah yang akan dilakukan apabila terjadi revisi ataupun
pada masa garansi/ maintenance.
Untuk mengatasi
beberapa permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan analisa untuk mendapat
solusinya. Ada beberapa solusi yang dapat diambil, antara lain :
1. Membuat
dokumen kontrak antara developer dan user sebelum proses pembuatan software.
2. Perlu
adanya assessment pada saat survey data, wawancara, ataupun analisa data.
Assessment ini ditandangani kedua belah pihak, user dan developer.
3. Menggunakan
requirement tool untuk proses requirement sehingga dapat dihasilkan requirement
yang sesuai dengan kebutuhan user.
4. Menentukan
Proces Model yang akan digunakan pada awal proses pembuatan software, dapat
menggunakan waterfall model, RAD model, spiral model, atau model lainnya.
5. Membuat
project management pada proses pembuatan software dengan dikoordinasi seorang
penanggung jawab.
6. Menentukan
software programming untuk semua modul yang akan dibuat, termasuk tabel,
relasi, dan struktur data.
7. Membuat
dokumen Berita Acara Pengujian Software sehingga dapat dinilai tingkat
kepuasaan user terhadap software yang telah dibuat.
8. Developer
melakukan evaluasi total setiap selesai pembuatan software sebelum pengujian.
Solusi yang lain secara
teknis adalah membuat software Sistem Informasi Akademik yang dinamis, dimana
user dapat melakukan update sistem secara mandiri dan berkala tanpa perlu
berhubungan dengan developer kembali. Misalnya, membuat perubahan evaluasi
penilaian, evaluasi absensi, aturan penilaian, perubahan kurikulum, dan
sebagainya. Tetapi untuk membuat software Sistem Informasi Akademis yang
dinamis tersebut memerlukan waktu yang tidak sedikit dan juga membutuhkan biaya
yang cukup besar.
Maka hal yang paling
penting dilakukan dalam proses pembuatan software Sistem Informasi Akademik
adalah komunikasi yang intensif dan efektif antara user dan developer, baik itu
pada tahap requirement, design, maupun testing. Dengan adanya komunikasi yang
intensif dan efektif tersebut maka dapat diketahui sampai seberapa jauh
software dinamis yang dibutuhkan oleh user. Sehingga tingkat kepuasan user
dapat terjaga.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Manajemen
merupakan sebuah proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari
organisasi yang dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan
dan mengendalikan aktifitas-aktifitas, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran
yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya
waktu.
2. Menurut
DI Cleland dan Wr. King (1987), proyek merupakan gabungan dari berbagai sumber
daya yang dihimpun dalam organisasi sementara untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
3. Manajemen
proyek adalah suatu cara mengelola, mengarahkan, dan mengkoordinasikan
sumber daya (manusia/material)disaat mulainya sebuah proyek hingga akhir untuk
mencapai suatu tujuan, yang dibatasi oleh biaya, waktu, dan kualitas untuk
mencapai kepuasan.
4. Suatu
sistem informasi dapat dikembangkan karena adanya kebijakan dan perencanaan telebih
dahulu. Tanpa adanya perencanaan sistem yang baik, pengembangan sistem tidak
akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa adanya kebijakan
pengembangan sistem oleh manajemen puncak, maka pengembangan sistem tidak akan
mendapat dukungan dari manajemen puncak tersebut.
5. Lepas
dari berbagai variasi proyek-proyek teknologi informasi yang ada – seperti
pembuatan aplikasi, penerapan perangkat lunak, konstruksi infrastruktur
jaringan, dan lain sebagainya – metodologi yang dipergunakan secara umum adalah
sama. Setidak-tidaknya ada enam buah tahapan yang harus dilalui: perencanaan,
analisa, desain, konstruksi, implementasi, dan pasca implementasi.
Daftar
Pustaka
http: // www.blogster.com/search?
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2057317-pengertian-dan-jenis-resiko-dalam/#ixzz1dhgODSf4
http://ranee120.blogspot.com/2010/04/metodologi-umum-pelaksanaan-proyek.html
http://dya08
webmaster.blogspot.com/aspek-aspek-yang–mempengaruhi-manajemen-proyek.html
Belum ada tanggapan untuk "makalah manajemen proyek"
Posting Komentar